Sebelumnya ada seorang Dosen IPB yang tidak memiliki legal standing dan kapasitas di dunia perfilman Indonesia bernama Desi Suyamto yang telah memberikan tudingan dan opini negatif di media sosial terkait dengan analisanya bahwa film Sayap-sayap Patah yang diproduseri oleh Denny siregar merupakan hasil plagiat dari film Broken Wings dari India. tulis akun Desi Suyamto, dikutip dari akun Facebook Desi Suyamto pada Senin, 22 Agustus 2022. Ya ampun ! Ternyata, judulnya cuma copy paste & Google Translate dari film India yang sudah rilis lebih dulu, dengan plot cerita yang kurang lebih sama (kisah cinta di saat terjadi insiden) hanya diganti event, cast, sama settingnya... Seluruh Indonesia malu...,"
Tentu saja pernyataan dari Desi yang menyebut film Sayap-sayap Patah hasil plagiat menuai berbagai kecaman dari berbagai pihak. Kordinator LAKSI Azmi Hidzaqi menyatakan tidak sepakat dengan narasi yang di sampaikan oleh Desi Suyamto yang dinilainya tidak berdasar dan sangat subjektif, selain itu pernyataan yang bersangkutan dapat menggiring opini yang menyudutkan terhadap sebuah karya film dari anak bangsa.
Sangat disayangkan, sesorang yang tidak memiliki latar belakang dunia perfilman atau pengamat ahli di dunia kritikus film, dan tanpa punya pengetahuan yang mumpuni dalam dunia perfilman secara serampangan telah membuat statmen yang dapat menimbulkan opini liar terhadap film Sayap-Sayap Patah, yang paling aneh bahkan Desi mengklaim bahwa film ini adalah plagiat dari film India, seakan dia paling memahami subtansi dan alur cerita yang ada di dalam film Sayap-Sayap Patah tersebut. Padahal pernyataan Desi itu telah disampaikan sebelum filmnya tayang di semua bioskop, yang sangat memalukan lagi adalah bahwa sebenarnya Desi Suyamto memberikan opini tanpa pernah menonton film nya.
Azmi juga menambahkan bahwa komentar dari Desi Suyamto yang asal bicara di media sosial yang mengomentari film Sayap-Sayap Patah, di duga tidak memiliki kapasitas ahli film dalam membangun narasi dan argumentasinya yang logis dan bisa dipertanggung jawabkan.
Selain itu juga kami pertanyakan seberapa besar pengetahuan atau pemahaman atas audio, visual, dan narasi film yang bersangkutan, sehingga wajar apabila kami mengatakan bahwa Desi tidak layak untuk menganalisa film Sayap-Sayap Patah tanpa memiliki latar belakang yang mampuni dalam dunia perfilman. Sasaran dan landasan kritik Desi dinilai ngawur dan serampangan dalam menganalisa film Sayap-Sayap Patah. Oleh karena itulah kami meminta Desi untuk berhenti membuat sensasi dengan menyebarkan tuduhan terhadap film Sayap-Sayap Patah yang merupakan hasil plagiat, dan berhentilah membuat hoax terkait dengan film Sayap-Sayap Patah.
Diketahui, film Sayap-sayap Patah disebut-sebut kisah nyata dari kerusuhan terjadi di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok pada 8 Mei 2018 silam. Film ini menghadirkan aktris dan aktor ternama, Ariel Tatum dan Nicholas Saputra. Keduanya menjadi pemeran utama dalam film tersebut.
Dalam peristiwa tersebut, ada 155 narapidana terorisme membobol rutan Mako Brimob, hingga menyebabkan 5 anggota Densus 88 gugur. Selain kerusuhan, film Sayap-sayap Patah juga menceritakan kisah romantis rumah tangga seorang polisi.
Film ini terinspirasi dari perjuangan polisi supaya konflik di Mako Brimob tak meluas ke masyarakat. Polisi juga selalu berusaha melindungi masyarakat. oleh karena itulah maka pesan yang mau disampaikan dalam film ini sangat menginspirasi bagi masyakarat untuk tetap waspada terhadap upaya gerakan terorisme.
Azmi Hidzaqi
Kordinator LAKSI
Lembaga Advokasi Kajian Strategis Indonesia