Jakarta – Bank Tabungan Negara mencatat rumah tipe 36 paling banyak diminati. Hal itu terindikasi dari harga rumah tipe tersebut yang naik paling tinggi dibanding tipe lain.
Data olahan BTN menyebutkan, rumah tipe 36 pada Juni 2018 mendapatkan indeks harga porperti tertinggi, yaitu 167,74 dengan kenaikan tahunan 8,4%. Sementara tipe 45 sebesar 143.97, dan tipe 70 sebesar 141.20. Indeks ini berarti sejak Januari 2014 sampai dengan Juni 2018 rumah tipe 36 mengalami kenaikan harga sebesar 67,74%.
Direktur Utama Bank BTN, Maryono mengatakan indeks yang tinggi ini tak serta merta jadi harga termahal. Ini menunjukkan rumah dengan tipe kecil menjadi yang paling diminati oleh masyarakat karena permintaannya paling tinggi.
Baca juga: 10 Provinsi dengan Kenaikan Harga Properti Tertinggi di RI
“Hal ini menggambarkan bahwa permintaan untuk rumah kecil lebih tinggi dibandingkan tipe rumah yang lebih luas, kemungkinan ini juga terkait dengan daya beli masyarakat dan permintaan dari masyarakat kelas menengah ke bawah,” kata Maryono di Menara BTN, Jakarta, Kamis (13/9/2018).
Sementara itu rumah tipe 70 mencatatkan kenaikan harga bulanan (month to month) paling tinggi pada Juni 2018 dengan kenaikan 1,13% dalam satu bulan. Kemudian disusul oleh rumah tipe 45 sebesar 0,55% dan tipe 36 sebesar 0,51%.
“Kami menyajikan House Price Index Index (HPI) yang sesuai dengan kondisi riil di lapangan agar Pemerintah dapat memanfaatkannya untuk meramu kebijakan di sektor properti ke depan, dan agar para pengembang bisa menentukan pengembangan tipe perumahan yang tepat dan harga yang sesuai dengan harga pasar, sementara konsumen bisa mendapatkan informasi yang valid mengenai harga rumah,” kata Maryono.
Adapun untuk menghasilkan HPI yang akurat, Housing Finance Center BTN melakukan tiga penyempurnaan dari indeks yang pernah dirilis HFC tahun 2015 lalu.
Pertama, modifikasi dari metode perhitungan indeks, dari sebelumnya chained fisher menjadi matched sales, metode ini sesuai dengan karakteristik data KPR yang dimiliki Bank BTN.
Baca juga: Tumbuh 12%, DPK BTN Capai Rp 52 T hingga Kuartal III-2018
Kedua, data yang diambil lebih komprehensif, tidak sekadar penjualan rumah semata tapi juga melihat karakteristik rumah seperti luas, kualitas bangunan, posisi dan fasilitas umum dan sosial di lingkungan rumah.
Ketiga, cara pengolahan data yang memperhitungkan data penjualan rumah dengan memperhitungkan pertumbuhan nilai rumah dengan membandingkan harga dua atau lebih rumah yang berbeda namun memiliki karakteristik dan kualitas yang sama.
BTN sendiri memliki pangsa pasar yang mendominasi dalam penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) di Indonesia. Market share BTN di KPR komersil tercatat sebesar 37% sedangkan KPR subsidi sebesar 97%.
“Hasilnya BTN HPI memperlihatkan tren pertumbuhan harga rumah yang secara gradual terus naik dengan menghitung pertumbuhan harga rumah dengan kualitas tinggi maupun kualitas rendah berbeda dengan HPI sebelumnya yang cenderung fluktuatif,” kata Maryono. (eds/zlf)