Dahlan Iskan yang merupakan mantan menteri BUMN membuat tulisan yang berjudul "Protokol Rakyat." Bukan tanpa alasan, hal yang terlihat sepele itu merupakan hasil penelitian dari Moh. Indro Cahyono lulusan Universitas Gajah Mada Yogyakarta yang saat ini menjadi peneliti virus independen.
Dahlan Iskan memperkenalkan ahli virus yang terkenal dengan metode protokol rakyat sebagai salah satu metode menghindari terpapar virus corona sejak awal dengan cara ekonomis bagi masyarakat.
Indro Cahyono yang juga sering disebut Pakdhe Indro tersebut merupakan lulusan Universitas Gajah Mada Yogyakarta yang saat ini berprofesi sebagai dokter hewan. "Begitu banyak ahli virus yang latar belakangnya dokter hewan. Prof Dr Fedik Abdul Rantam, ketua Tim Vaksin Merah Putih Unair adalah juga dokter hewan. Prof Nidom ahli vaksin pendukung VakNus itu juga dokter hewan," ujar Dahlan Iskan dalam keterangan tertulisnya dikutip Senin (19/7/2021).
Menurutnya, Indro Cahyono memperkenalkan cara menghadapi Covid-19 dengan cara yang sangat merakyat dengan perpaduan bahasa Indonesia dan Jawa.
Protokol Rakyat itu sederhana sekali. Juga murah sekali. Indro bisa mempertanggungjawabkan secara ilmiah. Protokol Rakyat didasari oleh penelitian virus Covid-19 di sebuah lab di Bogor selama berbulan-bulan lamanya.
"Memang cara drh Indro menyampaikan "Protokol Rakyat" itu seperti tidak ilmiah dan seperti bukan dari seorang ilmuwan. Padahal ia seorang ilmuwan virus. Setelah jadi peneliti virus lebih 5 tahun, Indro ke University of Adelaide, Australia. Untuk memperdalam virology. la jadi student by research. Tidak harus kuliah. Ikut riset di sana. Bersama profesor-profesor virology di University of Adelaide," kata Dahlan Iskan.
Indro mempelajari gabungan molekular genetik dan sifat keganasan isolate virus dari paramyxovirus, virus ND asal Indonesia.
Peralatan Protokol Rakyat dari drh Indro itu sangat sederhana: sendok makan, botol plastik, baskom cuci baju, botol kecap atau botol cuka, dan corong kertas. Bahannya hanya dua macam: garam krosok dan air mineral.
Jenis garam yang dipakai harus garam asli atau biasa disebut garam krosok. Garam murah ini belum diolah di pabrik dan belum dicampur yodium. Atau dalam bahasa ilmiah dikenal dengan NaCl.
Caranya: garam satu sendok makan (sampai menggunung di sendok) dimasukkan ke dalam air 1 liter. Lalu dikocok sampai tercampur jadi air. Air NaCl itu dimasukkan ke botol kecap atau botol cuka. Yang tutupnya berlubang kecil itu. Satu liter itu bisa dipakai beberapa kali.
Cara memakainya: duduklah di kursi. Anda pangku baskom besar untuk cuci baju. Atau baskom itu Anda taruh di meja di depan Anda. Lalu Anda ambil botol kecap yang sudah berisi NaCl tersebut.
Tundukkan sedikit kepala. Miringkan ke kiri. Masukkan lubang tutup botol kecap itu ke lubang hidung kanan. Semprotkan NaCl ke dalam hidung - dengan cara memencet botolnya. Tiga atau lima kali. NaCl yang Anda semprotkan ke lubang kanan itu akan keluar di lubang kiri -jatuh ke baskom yang Anda pangku.
Lantas miringkan kepala ke kanan. Masukkan NaCl ke lubang hidung kiri. Air NaCl itu akan keluar dari lubang kanan, tumpah ke baskom. Bisa juga tidak perlu pakai baskom. Anda bisa melakukan dengan cara duduk di kursi di dekat wastafel. Wastafel itulah baskom-nya.
"Seperti yang dilakukan Nick Nurrachman -komisaris Pelindo II yang dulu komisaris Kimia Farma.BNick melakukan itu tiap empat jam sekali di siang hari. Dalam tiga hari Covidnya negatif. Pekan lalu," ungkap Dahlan Iskan.
Namun kata Dahlan Iskan syaratnya kita harus tahu kapan virus mulai masuk ke hidung. Atau ke mulut Anda. Protokol Rakyat itu harus dilakukan sebelum hari ke 5 terkena Covid. Yakni sebelum virusnya pindah ke paru atau ke bagian lain tubuh.
"Begitu mudah. Begitu murah. Begitu tidak merepotkan orang lain. Tidak mengganggu APBN. Tapi Anda akan dimusuhi orang yang punya proyek di Covid. Cara itu memang sederhana. Tapi untuk sampai di sana penelitiannya tidak sederhana," jelas Dahlan Iskan.
Virus Covid-19 itu begitu kuat melekat di dasar tabung lab. Berbagai cara melepaskannya tidak berhasil. Kuat sekali. Maka drh Indro memasukkan cairan NaCl. Berbagai kadar NaCl sudah dicoba. Akhirnya dia menemukan: NaCl kadar 0,9 yang bisa melepaskan virus itu dari dasar tabung. Dan menghancurkannya.
Tentu rakyat akan sulit kalau berurusan dengan NaCl. Apalagi harus di kadar 0,9. Maka drh Indro membuat rumus yang sesuai dengan pemahaman rakyat: satu sendok-makan garam itu sama dengan 10 gram. Kalau dimasukkan ke air 1 liter berarti kadarnya sekitar 0,9. Kurang dari itu tidak ampuh. Kelebihan sedikit tidak apa-apa.
Penjelasan itu begitu mudah dipahami. Bisa saja seseorang langsung beli NaCl 0,9 dari apotek. Namun menurut Indro Cahyono lebih baik pakai garam krosok.
"Berarti bagi yang merasa belum terkena Covid baik juga melakukan itu. Setidaknya tiga hari sekali siapa tahu ada virus yang masuk ke hidung dan belum pindah ke paru," ungkap Dahlan Iskan.
"Drh Indro orang yang santai. Ia orang yang mandiri. Kini dia memilih sebagai konsultan independen virology. Sampai sekarang pun ia belum mau membuat tesis -sehingga belum bisa mendapat gelar S-2. Dan ia tidak peduli," kata Dahlan Iskan.
"Sekarang pun kalau saya mau membuat tesis masih diterima. Saya masih tetap menjadi partner riset profesor virology di University of Adelaide," kata Dahlan Iskan meniru ucapan Indro Cahyono.
Tanpa ijazah S-2, Dahlan Iskan yakin ribuan orang sudah merasakan hasil riset Indro Cahyono. "Ratusan ribu orang melaporkan hasil baik dari menjalankan protokol rakyat drh Indro," tutur Dahlan Iskan. (*)