Kembangkan Plastik Dari Singkong, Meida Wakili Universitas Jember ke Berprestasi Nasional -->

Kembangkan Plastik Dari Singkong, Meida Wakili Universitas Jember ke Berprestasi Nasional

23 April 2019, April 23, 2019




Jember, KaJe 
Penggunaan plastik yang masif kini menjadi masalah bagi lingkungan kita. Tak heran jika kemudian mulai muncul gerakan bijaksana dalam menggunakan plastik, mulai mengurangi penggunaan kantong plastik hingga usaha mencari bahan alternatif pembuat plastik yang ramah lingkungan. Seperti yang dilakukan oleh Meida Cahyaning Putri, mahasiswi Program Studi Teknologi Hasil Pangan Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Jember yang  mengembangkan plastik bagi pembungkus makanan berbahan dasar singkong alias bioplastik. Ketekunan Meida meneliti bioplastik membawanya menjadi Mahasiswa Berprestasi tingkat Universitas Jember 2019, dan bakal mewakili Kampus Tegalboto ke jenjang nasional.

Saat ditemui di Kampus FTP (23/4), Meida menjelaskan asal mula tertarik meneliti bioplastik. “Menurut data dari Asosiasi Industri Aromatik, Olefin dan Plastik Indonesia tahun 2016, penggunaan plastik di Indonesia mencapai 4,8 juta ton dengan kecenderungan kenaikan lima persen per tahunnya. Dan semua plastik tadi tergolong plastik yang tidak bisa terurai secara alami sehingga dapat menjadi bom waktu lingkungan. Di lain sisi, kita adalah produsen singkong ketiga terbesar di dunia, dimana pati singkong adalah bahan dasar pembuat bioplastik yang aman dan ramah lingkungan,” tutur mahasiswi berjilbab asal Jombang ini. Meida menamakan bioplastiknya dengan SMATIC, Smart Edible Plastic.

Menurut Meida yang siang itu didampingi sang dosen pembimbing, Triana Lindriati di laboratorium Rekayasa Produk Hasil Pertanian, bioplastik sebenarnya sudah dikembangkan di Indonesia. “Bedanya, SMATIC menggunakan campuran pati singkong dan tepung kulit singkong. Saya juga menambahkan mikroemulsi dalam ukuran nano partikel ke dalam  bioplastik yang kami kembangkan. Mikroemulsi ini bisa dari ekstrak teh, bunga rosella dan bahan alami lainnya. Mikroemulsi ini berfungsi menjadi antioksidan sehingga bioplastik produksi kami mampu mencegah makanan jadi basi atau tengik. Penambahan tepung kulit singkong dan mikroemulsi juga memperkuat daya tarik bioplastik sehingga tidak mudah rusak akibat terkena air. Dari pengukuran yang kami lakukan SMATIC memiliki daya tarik 5 megapascal, sementara untuk plastik konvensional daya tariknya mencapai 17 megapascal,” jelas mahasiswi angkatan 2016 ini.

Meida memang sengaja membuat SMATIC yang fungsinya untuk membungkus makanan, khususnya kue basah seperti jenang, dodol atau kue suwar suwir yang khas Jember. Dengan SMATIC, maka kue seperti suwar suwir tidak mudah basi atau tengik, sementara  penambahan mikroemulsi menjadi nilai lebih karena mengandung antioksidan. “Kue yang dibungkus dengan SMATIC maka bisa dimakan dengan plastik pembungkusnya sekaligus lho karena aman, malah mengandung antioksidan dari teh atau bunga Rosella atau dari bahan alami lainnya. Ini adalah keunggulan SMATIC. Sementara jika mau dibuang pun maka akan terurai di alam dengan sendirinya,” imbuh Meida yang merupakan putri dari Suparman dan Sri Gati.

Proses pembuatan SMATIC pun tidak memerlukan teknologi tinggi. Meida mencampurkan 4 gram pati singkong dengan 6 gram tepung kulit singkong. Kemudian dicampur dengan bahan-bahan lainnya untuk kemudian dipanaskan. Setelah menjadi bubur, disapukan dengan ketebalan sesuai kebutuhan ke wadah yang sudah disiapkan. Dengan komposisi bahan tersebut, Meida mendapatkan 30 lembar bioplastik ukuran 21 X 9 centimeter dengan harga 7.700 rupiah. Harga ini memang masih lebih mahal jika dibandingkan dengan plastik konvensional yang dengan uang sebesar 8.000 rupiah saja mendapatkan plastik ukuran 25 X 12 centimeter sebanyak 40 lembar. Namun tentu saja perlu diingat, bioplastik sudah pasti ramah lingkungan. “Teknologi pembuatan SMATIC yang mudah saya harapkan dapat membuka peluang usaha baru bagi UMKM di Jember,” kata Meida. 

Kini, Meida dengan bimbingan para dosen di Kampus Tegalboto tengah mempersiapkan diri menghadapi seleksi Mahasiswa Berprestasi tingkat nasional yang pendaftarannya dimulai semenjak 18 April hingga 15 Mei 2019, dan berpuncak pada final di 23-25 Juli 2019  nanti. Selain memperdalam kajian mengenai bioplastik, Meida terus berlatih cara melakukan presentasi yang baik, sekaligus memoles kemampuan berbahasa Inggrisnya. Untuk diketahui seleksi Mahasiswa Berprestasi tingkat nasional tahun ini mengambil tema “Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Suistanable Development Goals/SDGs)”.

“Sesuai dengan tema SDGs, presentasi SMATIC akan saya kaitkan dengan butir ke duabelas SDGs mengenai bagaimana menjamin kehidupan sehat serta mendorong kesejahteraan untuk semua penduduk di dunia di segala usia. Serta butir ke limabelas SDGs, yang membahas bagaimana melindungi dan memperbarui juga mendorong penggunaan sumber daya atau ekosistem daratan yang bersifat berkelanjutan, memanfaatkan atau mengelola hutan juga dengan cara berkelanjutan, memerangi tindakan penggurunan, menghentikan serta memulihkan kembali degradasi tanah, dan menghentikan tindakan kerugian keanekaragaman hayati,” pungkas Meida yang bercita-cita meneruskan studi ke luar negeri ini.(mia/bbg/iim/hms)                      

TerPopuler

close