Penulis: Amatus Rahakbauw
Pak Luter dan bu luter merekalah yang dimaksud oleh orang-orang masa itu. Mereka mempunyai dua orang anak yang bernama melki dan Markus. Markus merupakan anak sulung yang mempunyai keberanian dan mandiri dalam hal apapun. Ia selalu mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya. Meskipun begitu, tidak membuatnya menjadi anak yang manja dan bergantung pada orang tuanya. Hingga suatu hari, ibunya melahirkan anak kedua (Matius) adiknya Markus.
Namun setelah melahirkan ibunya mengalami sakit keras dan mengharuskan ayahnya untuk membawa ke rumah sakit. Sekian lama dirawat di rumah sakit, nyawa bu Luter tidak bisa diselamatkan.
Sejak saat itulah Markus yang menggantikan semua pekerjaan ibunya. Ia dan ayahnya juga merawat Matius dengan penuh kasih sayang, seperti dahulu saat ibunya merawat Markus sewaktu kecil. Seiring berjalannya waktu, Matius pun menginjak usia 4 tahun.
Hal itu membuat Markus dan Ayahnya terpukul atas kepergian istri sekaligus ibu bagi anak-anaknya. Bu Luter meninggal pada saat Markus berusia 3 bulan. Sejak saat itulah Markus yang menggantikan semua pekerjaan ibunya. Ia dan ayahnya juga merawat Matius dengan penuh kasih sayang, seperti dahulu saat ibunya merawat Markus sewaktu kecil. Seiring berjalannya waktu, Matius pun menginjak usia 4 tahun.
Ia tumbuh menjadi anak yang mandiri dan bertanggungjawab. Namun suatu hari, ketika sekolah ia sering melihat teman-temannya selalu diantarkan oleh ibunya, lantas hal itulah membuat ia bertanya-tanya. “ sebenarnya ibuku dimana? Mengapa tidak mengantarkan dan menjemputku sekolah seperti ibu mereka “ ucap Matius dalam hati. Ketika pulang sekolah, ia menanyakan hal itu kepada ayahnya. Namun ayahnya hanya berucap “ ibumu pergi jauh “. Matius pun masih tidak mengerti apa maksud dari perkataan ayahnya. Sehingga ia meminta ayahnya untuk menceritakan tetapi ayahnya malah menyuruhnya untuk tidur. Saat kakaknya pulang, ia menanyakan kemana ibunya.
Matius bertanya “ kak, sebenarnya ibu itu kemana si. Dari kecil aku tidak tahu wajah ibu itu gimana. “
“ibu bekerja di luar negri, sudah ya jangan tanya lagi.“ jawab Matius.
Hal itu membuat Markus melamun dan tak sadar air matanya pun turun. Lantas hal itu membuat Matius bertanya kembali.
“ apa ibu tidak pernah pulang kak? Terus kenapa kakak menangis? “
“ kakak Cuma rindu aja sama ibu “ ucap Markus
Setelah itu, Markus menceritakan semua kejadian pada saat di sekolah. Kakaknya pun hanya bisa memberi semangat dan memotivasinya untuk tetap sekolah meskipun tidak diantarkan oleh sang ibu. Beberapa tahun kemudian, Markus menginjak usia remaja. Ia semakin penasaran dimana ibunya berada, mengapa hingga ia dewasa ibunya masih belum pulang. Matius selalu mengungkapkan rasa rindu pada ibunya, ia juga selalu bertanya-tanya pada dirinya “ ibu dimana? Mengapa tidak pernah pulang, apa tak rindu dengan kami. Ibu aku sudah besar, lihatlah aku ibu, pulanglah. Anakmu sudah menjadi gadis yang cantik. Aku juga sering mendapat juara, ini semua berkat doa ibu. Aku ingin mempersembahkannya untuk ibu, pulanglah ibu. Setega itukah ibu dengan kami? Mengirim surat kabar pun tidak pernah. “ ia selalu mengungkapkan kerinduan pada ibunya di buku diary yang berjudul “ ibu yang tak kunjung kembali “. Setiap hari ia menulisnya dan menceritakan segala kegiatannya. Hingga suatu hari,Matius bersih-bersih kamar adiknya. Ia pun menemukan diary tersebut. Hal itu membuat Matius menangis dan merasa bersalah pada adiknya. Setelah itu, ia menceritakan pada ayahnya dan mereka memutuskan untuk memberi tahu Markus, apa yang sebenarnya terjadi pada ibunya.
Saat sore hari, mereka sedang kumpul di meja makan. Kemudian sang ayah memulai percakapan.
“ Markus, ayah dan kakakmu sebelumnya minta maaf, karena telah menyembunyikan ini semua dari kamu. Ini bukan kemuan kami, tetapi ini kemauan ibumu. “ ucap ayah
Markus pun bingung dan bertanya-tanya “ apa maksud perkataan ayah? Kenapa kakak dan ayah meminta maaf padaku? “
Sang ayah pun menjelaskannya “ ibumu sudah meninggal ketika kamu berusia 3 bulan. Setelah melahirkanmu, ibumu mengalami sakit-sakitan. Beliau koma setelah melahirkanmu. “ mendengar cerita tersebut membuat air mata Markus mengalir deras. Rasa rindu pada ibunya selama ini ia pendam, namun nyatanya ia tak akan bisa bertemu ibunya kembali. Ia juga merasa bersalah pada ayah dan kakaknya, sebab karena ia ibunya meninggal. Akan tetapi ayah dan kakaknya pun menguatkannya dan menjelaskan padanya bahwa ini semua sudah takdir yang tak bisa dihindari oleh manusia. Keesokan harinya, Markus dan keluarganya berziarah ke makam ibunya. Maekus mengungkap rasa rindunya selama 16 tahun yang ia pendam, ia juga berjanji pada ibunya untuk tetap semangat dalam hal apapun. Ia juga berterimakasih pada ayah dan kakaknya yang telah merawatnya dengan tulus dan penuh kasih sayang.
Sejak saat itu, Markus tumbuh dewasa. Ia juga menuliskan semua kejadian yang dialaminya dalam buku diarynya “ Ibu yang Tak Kunjung Kembali “. Ia berpesan kepada siapapun untuk tetap merawat dan menyayangi orang tua selagi mereka masih ada. Jangan pernah hiraukan perintah orang tua selagi itu positif untuk kehidupan kita. Karena sesungguhnya doa orang tua yang paling diridhoi oleh Tuhan.