Penulis : Amatus Rahakbauw
Saat kita membaca kisah Yesus yang membasuh kaki para murid-Nya, yang diambil dari bacaan di Injil Yohanes 13:1-2.
Kita mungkin menganggap bahwa kita sudah mengerti alasan tindakan-Nya tersebut. Misalnya, karena Yohanes adalah seorang teman dekat-Nya. Atau karena Petrus dan Andreas telah sedemikian setia mengikuti Dia.
Setiap murid pasti memiliki sesuatu yang membuat Yesus menyayangi dia. Namun, mengapa Dia mau membasuh kaki Yudas? Yesus sadar bahwa dengan membasuh kaki Yudas, sebenarnya Dia telah merendahkan diri untuk melayani seseorang yang sebentar lagi akan melakukan pengkhianatan yang terburuk dalam sejarah.
Yesus melakukan tindakan paling rendah kepada seseorang yang memperlakukan Sang Pencipta semesta alam sebagai Pribadi yang dihargai tidak lebih dari tiga puluh keping perak. Dengan sengaja, Pribadi yang nama-Nya dihubungkan dengan pemberi kehidupan, membuat tangan-Nya kotor untuk melayani seseorang yang namanya berarti pengkhianatan dan kematian kekal.
Bukankah teladan yang diberikan Yesus mengajarkan kita suatu pelajaran yang sangat istimewa tentang bagaimana makna pelayanan tersebut ?
Bukankah hal itu mengingatkan kita bahwa kita tidak dipanggil untuk melayani orang-orang seperti kita saja, atau bahkan mereka yang memerhatikan kita?
Tetapi bagaiman kita dipanggil untuk melayani semua orang, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, orang yang ramah maupun yang tidak terlalu ramah.
Pertanyaanya kapan terakhir kali kita “membasuh kaki” seseorang seperti Yudas?
dalam kedudukan yang tinggi,sangat sulit bagi kita untuk membasu kaki orang yang di bawah kita.